Negara Kesatuan Republik Indonesia

Isi Artikel :

“Negara Kesatuan Republik Indonesia” dan “Republik Indonesia” dialihkan ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Indonesia (disambiguasi).

Republik Indonesia
BenderaLambang negara
SemboyanBhinneka Tunggal Ika” (Jawa Kuno)
(“Berbeda-beda tetapi satu jua”)
Lagu kebangsaan
Indonesia Raya
Duration: 1 menit dan 50 detik.1:50
Ideologi nasional:
Pancasila
Tampilkan globeTampilkan peta ASEANTampilkan peta pembagian administratifTampilkan semua
Ibu kota
(dan kota terbesar)
Jakarta
6°11′S 106°50′E
Bahasa resmiIndonesia
Bahasa daerahLebih dari 700 bahasa[1]
Kelompok etnik [2]40,22% Jawa15,50% Sunda3,58% Batak3,03% Madura2,88% Betawi2,73% Minangkabau2,69% Bugis2,27% Melayu27,10% Lainnya
Agama (2023)[3]87,06% Islam10,47% Kekristenan7,4% Protestan3,1% Katolik1,69% Hinduisme0,7% Buddhisme0,03% Konfusianisme0,04% Aliran Kepercayaan
dan Lainnya
PemerintahanKesatuan Presidensial Republik Konstitusional
• PresidenPrabowo Subianto
• Wakil PresidenGibran Rakabuming Raka
LegislatifMajelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
 – Majelis TinggiDewan Perwakilan Daerah (DPD)
 – Majelis RendahDewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Kemerdekaan
• Diproklamasikan (berdiri tahun)17 Agustus 1945
• Diakui (sebagai RIS)27 Desember 1949
Luas
 – Total1.904.569 km2[4] (ke-14)
 – Perairan (%)4,85
Penduduk
 – Perkiraan Q2 2024Increase neutral 282,477,584[5]
 – Sensus Penduduk 2020270.203.917[6] (ke-4)
 – Kepadatan143/km2 (ke-60)
PDB (KKB)2025 estimasi
 – TotalKenaikan $5,009 triliun[7] (ke-8)
 – Per kapitaKenaikan $17,612[7] (ke-102)
PDB (nominal)2025 estimasi
 – TotalKenaikan $1,429 triliun[7] (ke-16)
 – Per kapitaKenaikan $5,026[7] (ke-118)
Gini (2021)Steady 37,9[8]
sedang
IPM (2022)Kenaikan 0,713[9]
tinggi · ke-112
Mata uangRupiah (Rp)
(IDR)
Zona waktuberagam
(UTC+7 sampai +9)
Format tanggalDD/MM/YYYY
Lajur kemudikiri
Kode telepon+62
Kode ISO 3166ID
Ranah Internet.id
Situs web resmi
indonesia.go.id
Sunting kotak infoSunting kotak info • Lihat • Bicara

Indonesia, dengan nama resmi Republik Indonesia,[a] adalah sebuah negara kepulauan di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Oseania sehingga dikenal sebagai negara lintas benua, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.


Indonesia merupakan negara terluas ke-14 sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah sebesar 1.904.569 km²,[10] serta negara dengan pulau terbanyak ke-6 di dunia, dengan jumlah 17.504 pulau.[11] Nama alternatif yang dipakai untuk kepulauan Indonesia disebut Nusantara.[12] Selain itu, Indonesia juga menjadi negara berpenduduk terbanyak ke-4 di dunia dengan penduduk mencapai 275.344.166 jiwa pada tahun 2022.[13] Indonesia adalah negara MultirasialMultietnis, dan Multikulturalisme di dunia, seperti halnya Amerika Serikat.[14] Indonesia berbatasan dengan sejumlah negara di Asia Tenggara dan Oseania. Indonesia berbatasan di wilayah darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan dan Sebatik, dengan Papua Nugini di Pulau Papua, dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara yang hanya berbatasan laut dengan Indonesia adalah SingapuraFilipinaAustraliaThailandVietnamPalau, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan NikobarIndia.

Indonesia adalah negara kesatuan dengan bentuk pemerintahan republik berdasarkan konstitusi yang sah, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).[15] Berdasarkan UUD 1945 pula, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Presiden dicalonkan lalu dipilih dalam pemilihan umum. Ibu kota Indonesia saat ini adalah Jakarta. Pada tanggal 18 Januari 2022, pemerintah Indonesia menetapkan Ibu Kota Nusantara yang berada di Pulau Kalimantan, yang menempati wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, untuk menggantikan Jakarta sebagai ibu kota yang baru.[16] Hingga tahun 2022, proses peralihan ibu kota masih berlangsung.

Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa-bangsa pendatang dan penjajah. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting sejak abad ke-7, yaitu sejak berdirinya Sriwijaya, kerajaan bercorak Hinduisme-Buddhisme Dzimmi yang berpusat di Selatan Palembang. Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan bangsa TionghoaIndia, dan juga Arab. Agama dan kebudayaan Hinduisme-Buddhisme tumbuh, berkembang, dan berasimilasi di kepulauan Indonesia pada awal abad ke-4 hingga abad ke-13 Masehi. Setelah itu, para pedagang sufi dan Islam sunni membawa agama dan kebudayaan Islam sekitar abad ke-8 hingga abad ke-16. Pada akhir abad ke-15, bangsa-bangsa Eropa datang ke kepulauan Indonesia dan berperang untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku semasa Zaman Penjelajahan. Setelah berada di bawah kolonial Belanda, Indonesia yang saat itu bernama Hindia Belandamemproklamasikan kemerdekaan di akhir Perang Dunia II, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya, Indonesia mendapat berbagai tantangan dan persoalan berat, mulai dari bencana alam, praktik korupsi yang masif, konflik sosial, gerakan separatisme, proses demokratisasi, dan periode pembangunan, perubahan dan perkembangan sosial–ekonomi–politik, serta modernisasi yang pesat.

Batas garis pangkal kepulauan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan artikel 47, paragraf 9 UNCLOS

Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa, Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Austronesia dan Melanesia di mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Dengan suku Jawa dan Sunda membentuk kelompok suku bangsa terbesar dengan persentase mencapai 57% dari seluruh penduduk Indonesia.[17] Semboyan nasional Indonesia, “Bhinneka Tunggal Ika” (Berbeda-beda tetapi tetap satu), bermakna keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu kesatuan negara. Selain memiliki penduduk yang padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar ke-2 di dunia.

Etimologi

Lihat pula: Sejarah nama Indonesia

Kata “Indonesia” berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Indus yang merujuk kepada Sungai Indus di India dan nesos yang berarti “pulau”.[18] Jadi, kata Indonesia berarti wilayah “kepulauan India”, atau kepulauan yang berada di wilayah Hindia; ini merujuk kepada persamaan antara dua bangsa tersebut (India dan Indonesia).[19] Pada tahun 1850, George Windsor Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk “Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu“.[20] Murid Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India.[21][22] Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859) yang ditulis oleh Multatuli mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).[12]

Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik.[12] Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara), ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers Bureau pada tahun 1913.[19]

Sejarah

Artikel utama: Sejarah Indonesia dan Sejarah Nusantara

Periode prasejarah

Artikel utama: Prasejarah Indonesia

Peta wilayah SundalandSahul, dan Wallacea pada kala Pleistosen.

Kepulauan Indonesia terbentuk melalui berbagai aktivitas tektonis yang sangat kompleks sejak awal masa Senozoikum (sekitar 66 juta tahun lalu) dan mulai mencapai bentuknya yang sekarang ketika memasuki kala Pleistosen (sekitar 2,58 juta tahun lalu).[23] Pada kala tersebut, permukaan laut global saat itu rata-rata lebih rendah 130 meter daripada permukaan laut global sekarang,[24] sehingga muncul Daratan Sunda (Sundaland) yang terhubung dengan daratan utama Asia dan saat ini mencakup SumatraJawaKalimantan, dan lautan-lautan di antaranya,[25][26] serta Benua Sahul yang saat ini mencakup Pulau PapuaAustralia, dan Laut Arafura.[27][28] Kedua daratan tersebut diantarai oleh Kepulauan Wallacea yang saat ini mencakup SulawesiNusa Tenggara, dan Maluku.[29] Sekitar 74.000 tahun yang lalu, letusan dahsyat berskala VEI-8 terjadi pada Gunung Toba (sekarang menjadi Danau Toba). Letusan tersebut konon menjadi letusan gunung berapi terbesar yang berhasil diteliti. Perubahan iklim yang ditimbulkannya diperkirakan menjadi penyebab populasi manusia modern dunia hampir seluruhnya musnah dan pergerakan migrasi manusia sempat terhenti pada subkala Pleistosen Akhir.[30][31] Lalu pada akhir periode glasial terakhir (sekitar 12.000 tahun lalu), permukaan laut naik setinggi 60 meter hanya dalam kurun waktu lima milenium.[32] Akibatnya, daratan yang lebih rendah terendam dan membentuk perairan dangkal, sementara daratan yang lebih tinggi terpisah-pisah menjadi pulau-pulau yang lebih kecil. Pulau-pulau tersebut membentuk kepulauan Indonesia seperti sekarang ini.[33]

Ilustrasi “Manusia Jawa” oleh J. H. McGregor.

Dari kumpulan fosil manusia purba Homo erectus (atau manusia Jawa) dan Homo floresiensis (“manusia Flores”) yang pernah menetap di Indonesia, kuat dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah dihuni oleh manusia purba tersebut sekurang-kurangnya antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu. Manusia purba tersebut kemudian berangsur-angsur punah seiring dengan kedatangan manusia modern (Homo sapiens) di kepulauan Indonesia.[34][35]

Gelombang migrasi manusia modern pertama kali sampai di kepulauan Indonesia melalui jalur darat sekitar 60.000 tahun yang lalu. Gelombang pertama ini menjadi nenek moyang dari bangsa Melanesia.[36][37] Kemudian sekitar 3.500–1.500 SMbangsa Austronesia yang berasal dari Taiwan tiba melalui jalur laut dan menetap di kepulauan Indonesia. Sebagian bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu terdesak ke wilayah-wilayah timur jauh, sementara sebagian lagi berasimilasi dengan pendatang tersebut.[36][38][39] Manusia yang menetap tersebut kemudian mengembangkan budaya bercocok tanam dan melaut.[40]

Periode monarki

Kerajaan Hindu-Buddha

Artikel utama: Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha

Situs Percandian Batujaya yang berada di Kabupaten KarawangJawa Barat. Candi-candi yang ada di dalamnya merupakan sisa-sisa peninggalan Tarumanagara.

Kandis diduga merupakan kerajaan tertua di Nusantara (kepulauan Indonesia) yang berdiri pada abad ke-1 SM dan terletak di daerah yang saat ini menjadi wilayah Provinsi Riau, tetapi keberadaannya masih sering diperdebatkan oleh para sejarawan, karena tidak adanya bukti yang jelas atas kerajaan ini.[41] Keberadaan Salakanagara yang berdiri pada abad ke-1 Masehi di daerah sekitar CianjurJawa Barat juga masih menjadi perdebatan oleh para ahli karena kurangnya bukti-bukti sejarah, meskipun kerajaan ini merupakan cikal bakal Tarumanagara.[41]

Dua kerajaan tertua Nusantara yang memiliki bukti-bukti sejarah adalah Kutai Martapura di wilayah Kalimantan Selatan saat ini dan Tarumanagara di wilayah barat Pulau Jawa, yang sama-sama berdiri pada abad ke-4 Masehi.[42] Kedua kerajaan tersebut dibuktikan memiliki corak Hindu-Buddha, sehingga dapat dipastikan bahwa Agama Hindu dan Agama Buddha telah berkembang di Nusantara sekurang-kurangnya dari abad ke-4 M.[43] Banyak kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya yang kemudian terbentuk setelah itu.

Perkembangan wilayah kekuasaan Sriwijaya sejak berdiri hingga keruntuhannya.

Sriwijaya, yang berbentuk kedatuan dan bercorak Buddha, berdiri di Nusantara pada abad ke-7 Masehi, kemudian berkembang menjadi salah satu kemaharajaan terbesar di Nusantara, serta negara monarki dengan masa berdiri terlama di Asia Tenggara.[44] Pada masa kejayaannya, Sriwijaya melingkupi SumatraMalayaKraJawaKalimantanKamboja, dan Vietnam,[45][46] serta berkuasa dalam mengendalikan aktivitas pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran penting di dunia. Banyak budaya asing yang mempengaruhi dan berasimilasi dengan budaya-budaya lokal.[47] Sejak diperintah oleh Balaputradewa pada pertengahan abad ke-9, Sriwijaya juga berada di bawah kekuasaan Wangsa Sailendra.[48] Nama Sriwijaya diperkirakan mulai meredup dan runtuh pada awal abad ke-11 dan digantikan oleh Dharmasraya, lalu oleh Pagaruyung pada abad ke-14.[49]